Dalam abad ini dunia ekonomi berkembang pesat bahkan sampai dapat dikatakan ekonomi adalah sebagai bukti bahwa suatu negera dapat dikatakan maju yang dapat dilihat tingkat kemiskinanya bila tingkat kemiskinannya rendah berarti tingkat kehidupanya sudah sangat baik maka negara itu dikatakan sudah maju.
Pada cashflow atau
alur uang kas hal ini menjelaskan bagaimana alur uang yang kita proleh dan
memutarkan uang tersebut menjadi lebih berguna.
CASH FLOW
1. Pengertian Cash Flow
Cash flow (aliran
kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari
aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari
aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode.
Hal utama yang perlu
selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas adalah memahami
dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu
fungsi likuiditas,
yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat
dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal
fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna
menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan
dengan relatif cepat.
capital growth, dana yang diperuntukkan untuk
penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.
MENURUT
PENDAPAT AHLI
a. Kashmir dan Jakfar (2012 : p95)
Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan
dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang
dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama.
b.Henry Simamora (1999 : p372)
Yaitu laporan yang memperlihatkan bagaimana aktivitas-aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan bank yang mempengaruhi kas selama suatu
periode akuntansi.
c. Menurut PSAK No.2 paragraf
04 (IAI:2009)
Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan
dalam asset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang
d. Brigham dan Houston (2001,
p47)
Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang
dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek
dapat di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1.
Aliran
kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan
pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya
pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out
flow).
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow)
merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti;
penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional
merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa
modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
4. Cash flow mempunyai beberapa
keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a) Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.
a) Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan dalam cash flow hanya yang bersifat tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada target yang mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.
5. Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow
dalam perusahaan sangat
berguna bagi beberapa pihak terutama manajement. Diantaranya:
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya.
1) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3) Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan kepadanya.
6. Langkah-Langkah Penyusunan
Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
METODA CASH FLOW
Pengelolaan
akuntansi keuangan dengan metoda cash flow (aliran kas)
merupakan pendekatan pengelolaan keuangan yang praktikal dan sesuai untuk unit
usaha kecil yang pola pengelolaan keuangannnya masih sederhana.
Pengertian cash flow adalah aliran kas perusahaan yang secara
riil diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan operasi,
pendanaan, dan investasi. Aliran kas yang masuk ke perusahaan disebut
dengan cash in flow, sedangkan aliran kas yang keluar dari
perusahaan dinamai cash out flow.
1. Operational Cash Flow (Aliran Kas Operasional)
Aliran Kas
Operasional meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan secara riil yang
berkaitan dengan kegiatan operasi. Operational Cash In Flow (OCIF) meliputi
penerimaan hasil penjualan tunai, hasil pengumpulan piutang,dan penerimaan laba
perusahaan. Sedangkan Operational Cash Out Flow (OCOF) meliputi
biaya-biaya produksi dan biaya-biaya operasi perusahaan. Biaya produksi terdiri
atas pembelian bahan baku dan bahan penolong, biaya upah pekerja langsung, dan
biaya overhead pabrik (biaya produksi tak langsung); termasuk
pembayaran hutang kepada pemasok bahan. Biaya operasi meliputi biaya
administrasi dan umum, seperti biaya gaji pimpinan dan karyawan, biaya rekening
listrik, telepon, air (PAM), biaya pemasaran, serta biaya pajak.
2. Financial Cash Flow (Aliran Kas Pendanaan)
Aliran Kas Pendanaan
meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan
kegiatan pendanaan. Financial Cash In Flow (FCIF), meliputi
penerimaan modal, baik dari sumber modal sendiri maupun dari sumber modal asing
berupa pinjaman atau kredit bank. Sedangkan Financial Cash Out Flow (FCOF)
meliputi biaya-biaya yang timbul karena adanya tambahan modal. Biaya modal
tersebut dapat berupa pembagian keuntungan kepada para pemilik modal sendiri
(dividen atas saham), dan berupa biaya bunga yang harus dibayarkan kepada bank
atas kredit yang kita terima.
Metoda pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada
dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Aliran Kas Operasional. Namun
mengingat bahwa aliran kas pendanaan ini bersifat periodik (tidak setiap hari
terjadi transaksi), pencatatannya dalam perioda bulanan atau bahkan tahunan,
bukan harian.
3. Investment Cash Flow (Aliran Kas Investasi)
Aliran Kas Pendanaan
meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan
kegiatan Investasi. Investment Cash In Flow (ICIF), meliputi
penerimaan yang berasal dari aktivitas investasi perusahaan pada aktiva tetap
dan investasi pada surat-surat berharga, seperti penerimaan berupa dividen atas
saham, bunga (kupon) atas obligasi, dan capital gain atas
penjualan aktiva tetap dan penjualan saham. Sedangkan Investment Cash
Out Flow (OCOF) meliputi sejumlah dana yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membeli aktiva tetap dan surat-surat berharga, seperti saham
dan obligasi.
Metoda pencatatan
Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada
Aliran Kas Operasional dan Aliran Kas Pendanaan. Mengingat bahwa transaksi
investasi ini tidak dilakukan oleh perusahaan secara harian, maka perioda
penca-tatannya adalah bulanan dan tahunan.
Setelah anda
melakukan pencatatan aliran kas perusahaan secara bulanan kemudian
catatan-catatan tersebut dikompilasi menjadi catatan aliran kas tahunan,
berbentuk Cash Flow Statement perusahaan (sederhana). Masing-masing laporan
aliran kas tersebut diklasi-fikasi sesuai dengan fungsinya menjadi Laporan
Aliran Kas Operasional, Laporan Aliran Kas Pen-danaan, dan Laporan Aliran Kas
Investasi. Laporan Aliran Kas sederhana semacam ini lebih tepat digunakan pada
pencatatan keuangan usaha kecil.
Mengingat bahwa
metoda ini, sesuai dengan namanya Metoda Cash Flow (arus kas
tunai), maka metoda ini memiliki kelebihan dalam hal kejelasan jumlah
penerimaan dan pengeluaran antara yang terdapat di catatan dan keadaan nyatanya
(jumlah uang tunai sesungguhnya). Namun demikian, metoda ini juga memiliki
kelemahan.
Kelemahan metoda ini
adalah hanyalah pada tidak tersedianya catatan mengenai transaksi hutang dan
piutang. Pemecahannya adalah dengan menyediakan catatan khusus mengenai
transaksi yang yang bersifat kredit, baik pembelian secara kredit maupun
penjualan secara kredit. Catatan ini kita namakan Catatan Pembantu: Piutang dan
Hutang .
Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri
dari:
1. Cash In Flow
Pada bagian ini
mengidentifikasikan sumber-sumber dana yang akan diterima, jumlah dananya dan
waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan tunai,
pejualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap, dan
penerimaan lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat yaitu; kontinyu
dan intermitan.
2. Cash Out Flow
Pada bagian ini
berhubugan dengan mengidentifikasikan semua kas yang sudah diantisipasi, antara
lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi, dan
pengeluaran lainnya. Cash out flow mempunyai dua sifat yang sama yaitu kontinyu
dan intermitan.
3. Financing (pembiayaan)
Pada bagian ini menunjukkan besarnya net
cash flow dan besarnya kebutuhan dana jika terjadi defisit.
Pada laporan arus kas juga terdapat beberapa
kegiatan (aktivitas) yang dibagi menjadi:
Aktivitas operasi :
· Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan operasi
perusahaan dan tercantum didalam laporan ikhtisar rugi laba.
· Aliran kas masuk (Cash In Flow)
a)
Dari penjualan barang dan jasa
b) Dari pendapatan bunga hutang
dari pihak lain dan difiden (bunga saham) dari pihak lain
· Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
a)
Pembelian persediaan dari pemasok
b)
Pembayaran gaji/upah karyawan
. c) Pembayaran
pajak
d)
Pembayaran bunga pinjaman
e)
Pembayaran lain-lain pengeluaran
Aktivitas investasi :
· Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan investasi perusahaan
baik internal (dalam bentuk longterm assets) maupun eksternal (investasi
di tempat lain)
· Aliran kas masuk (Cash In Flow)
a) Dari penjualan
harta perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lainnya
b) Dari penjualan
jaminan hutang atau jaminan modal pihak lain
c) Dari
pengembalian pokok pinjaman (hutang) dari pihak lain
· Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
a) Pembelian harta
perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lainnya
b) Pembelian jaminan
hutang modal dari pihak lain
c) Memberikan pinjaman atau
hutang kepada pihak lain
Aktivitas keuangan :
· Seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan
aspek keuangan perusahaan (sumber dana perusahaan) berupa hutang dan
modal
· Aliran kas masuk (Cash In Flow)
a) Dari penjualan
saham perusahaan
b) Dari pendapatan penjualan
obligasi dan surat berharga lainnya
Aliran kas keluar (Cash Out Flow)
a) Pembayaran dividen
kepada pemegang saham
b) Pembayaran hutang
jangka panjang
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 yang dapat
dipergunakan perusahaan terdapat dua metode untuk menyajikan laoran arus kas,
yaitu
1. Metode Langsung
Metode langsung menggolongkan berbagai kategori utama dari
kegiatan operasi. Metode langsung lebih mudah untuk dimengerti, dan memberikan
informasi yang lebih banyak untuk mengambil keputusan.
2. Metode Tidak
Langsung
Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan metode ini
diawali dengan laba bersih dan menyesuaikan laba bersih tersebut sehingga diperoleh
arus kas dari aktivitas operasi.
Kedua metode tersebut mendatangkan jumlah sub-total yang sama
untuk kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan dan arus kas
bersih selama periode tertentu. Metode tersebut berbeda hanya dalam cara menunjukkan
arus kas dari kegiatan operasi.
Penyusunan anggaran kas, menurut Riyanto (1978 : 90), dapat
dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut
rencana operasional perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi
operasi (operating transactions). Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit
(kekurangan) kas atau surplus (kelebihan) kas.
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau
kredit dari bank atau sumber-sumber lainnya yang diperlukan untuk menutup
defisit kas. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit tersebut beserta
waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi
finansiil (financial transaction).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran setelah adanya transaksi finansiil. Anggaran kas yang final ini
merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansiil yang
menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Ada empat langkah
dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang
dibutuhkan untuk menutupi defisit kas dan membayar kembali pinjaman dari
pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan
pengeluaran setelah adanya transaksi financial dan budget kas yang final.
C. PERHITUNGAN CASH FLOW
Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan (profitabilitas) suatu
kegitan usaha ditentukan oleh aliran dana (cash flow) yang dapat dihasilkan
kegiatan tersebut. Sedangkan profitabilitas suatu rencana investasi ditentukan
oleh perkiraan aliran dananya. Aliran dana itu sendiri menyatakan jumlah serta
saat diterimanya pemasukan tunai (cash income) dan jumlah serta saat
dikeluarkaanya biaya tunai (cash cost) suatu rencana investasi atau suatu
kegiatan usaha.
Aliran dana disusun dengan mempertimbangkan semua elemen
pemasukan tunai (cash income) dan semua elemen biaya tunai (cast cost) pada
setiap periode selama umur investasi tersebut. Biaya tunai yang dimaksud adalah
meliputi semua transaksi baik berupa biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun
pengeluaran tunai dalam bentuk investasi (meningkatkan aktiva). Pengertian ini
diperlukan untuk membedakaanya dengan biaya non-cash (book cost). Yang tidak
mempengaruhi nilai tunai dan aktiva perusahaan.sedangkan pemasukan tunai adalah
semua pendapatan yang dihasilkan dan dikumpulkan secara tunai atau pendapatan
yang meningkatkan rekening tagihan (account receivable)
Dalam menyusun Cash Flow, ada beberapa prinsip yang harus
diketahui terlebih dahulu yaitu: Cash Flow disusun dengan basis tunai (Cash
Basis). Hal ini berbeda dengan penyusunan Laporan Keuangan yang umumnya
menggunakan Accrual Basis. Pada Cash Basis: Pendapatan diakui
pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan dilakukan.Biaya-biaya diakui pada saat uang tunai
dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.Sedangkan pada Accrual Basis,
pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu
sama dengan waktu terjadi perpindahan uang tunai.
Contoh perhitungan :
WAHID memiliki
sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income
Statementper akhir tahun adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih
Rp. 1.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 800 (-)
Laba Kotor
Rp. 200
Biaya Operasional
Gaji/Bonus
Rp. 50
Lain-lain
Rp. 40
Depresiasi
Rp. 20 (+)
Rp. 110 (-)
Laba Bersih
Operasional Rp. 90
Pajak Penghasilan 30 %
Rp. 30 (-)
Laba Bersih Setelah
Pajak Rp. 60
Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak
memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena depresiasi merupakan
biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash
Flow yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Rp. 60
Depresiasi
Rp. 40 (+)
Cash flow
Rp 100
Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per
tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja semakin pendek interval yang
dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval
bulanan atau tahunan.
D. TRANSFORMASI KARAKTERISTIK ALTERNATIF PROYEK KE DALAM DIMENSI
MONETER
1.
Analisa Teknik
Analisis teknikal pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknikal, biaya-biaya produksi dari berbagai
alternatif dan menilai pemenuhan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan teknikal
proyek tersebut pada berbagai alternatif. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya
eksploitasinya.
Analisis teknikal sebaiknya tetap dilakukan meskipun sebuah
proyek tidak layak secara teknis. Pada dasarnya analisis teknikal bertujuan
untuk menggali informasi mengenai estimasi biaya teknis proyek yang meliputi:
Investasi tetap: meliputi tanah lokasi, bangunan pabrik dan
bangunan lainnya, serta mesin dan pemasangannya.Biaya dan
pengeluaran produksi: meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja
langsung, biaya pabrik tidak langsung (factory overhead cost).Biaya masa
percobaan atau uji coba: misalnya biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi di
luar produksi normal selama masa operasi percobaan seperti biaya waktu lembur,
pengulangan pekerjaan, kerusakan dan biaya penelitian teknikal.
Faktor-faktor lain
yang berkaitan dengan fasilitas yang dibutuhkan proyek: misalnya fasilitas
penunjang, yaitu jalan raya, pelabuhan udara, laut, jalan kereta api, air,
listrik, komunikasi dan lain-lain.
Hal-hal tersebut perlu dinilai tidak hanya pada satu lokasi
melainkan juga di beberapa alternatif lokasi. Misalnya, suatu industri
membutuhkan sejumlah besar bahan bakar yang tersedia di lokasi dengan jumlah
dan kualitas tertentu sesuai kebutuhan proyek serta pada biaya yang
serendah-rendahnya.
Ada beberapa variabel penting yang harus diperhitungkan
perusahaan sebelum menentukan lokasi yang tepat yang dapat meminimumkan biaya
untuk proyek tersebut antara lain adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar
yang dituju, sumber energi, supply tenaga kerja, fasilitas transportasi, iklim
dan keadaan tanah, adat istiadat masyarakat setempat serta rencana perusahaan
di masa depan. Dengan memperhitungkan semua variabel tersebut diharapkan
perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat sehingga dapat meminimumkan biaya
baik biaya investasi maupun biaya eksploitasi.
3. Metode Untuk Menentukan Besarnya Skala Produksi
Pertimbangan penting yang perlu dilakukan karena akan sangat
mempengaruhi kelayakan teknis dari perencanaan proyek baru adalah penentuan
luas produksi yang tepat. Seberapa besar skala operasi yang harus ditetapkan
untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.
Secara sederhana, luas produksi ditentukan oleh kemungkinan
pangsa pasar (market share) yang dapat diraih yaitu dengan mempertimbangkan
kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Pendekatan ini lebih sering
digunakan dalam praktik penyusunan studi kelayakan dengan memperhatikan
pendapat manajemen.
Dalam teori manajemen produksi terdapat beberapa metode untuk
menentukan luas produksi optimal, yaitu:
(a) Pendekatan konsep biaya marjinal (marginal cost) dan
pendapatan marjinal (marginal revenue),
(b) Pendekatan titik impas (Break Even Point) dan
(c) Metode program linier (linear programming). Semua metode
tersebut dapat Anda dalami pada pembahasan secara khusus tentang manajemen
proyek.
Ketelitian dan usaha yang dilakukan untuk melaksanakan analisis
teknikal tergantung pada jenis proyek, teknologi yang dipakai, kompleksitas
produk yang dihasilkan, alternatif teknikal yang dipergunakan (misalnya, proses
produksi, bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya) serta ketelitian dalam
memperkirakan biaya yang akan terjadi. Semakin baru jenis produk yang
dihasilkan, semakin canggih dan rumit teknologi yang dipakai, semakin langka
alternatif teknikal yang dipergunakan, maka semakin keras dan teliti pula usaha
yang harus dilakukan untuk membuat analisis teknikal.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman analisis
teknikal tersebut, perlu diketahui pula risiko ketidaktelitian dan
ketidaktepatan dalam melakukan analisis teknikal. Kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi dalam analisis teknikal, misalnya kurang teliti dalam melakukan
analisis pendahuluan mengenai kebutuhan-kebutuhan teknologi, kegagalan dalam
menilai alternatif teknikal dan tidak memperhatikan faktor-faktor lain seperti
penanganan bahan baku, kebutuhan persediaan, pemeliharaan dan fasilitas sosial
untuk para pekerja.
Kurang telitinya analisis teknikal, mengakibatkan terjadinya
masalah kekurangan keuangan. Akibat lebih lanjut adalah kemungkinan proyek
gagal dalam jangka panjang. Misalnya, proyek gagal mencapai kapasitas produksi
yang direncanakan karena ternyata teknologi yang digunakan sudah ketinggalan
zaman sehingga produk tidak bisa bersaing baik dari segi harga maupun mutunya,
atau karena tidak memikirkan pemeliharaan, proyek akhirnya harus mati sebelum
waktu yang direncanakan.
Ketidaktelitian dalam melakukan analisis teknikal juga bisa
menghasilkan kesalahan dalam memperkirakan biaya proyek baik yang menyangkut
biaya tetapnya maupun modal kerja. Selain itu bisa pula terjadi penyimpangan
perkiraan biaya masa operasi percobaan dan biaya produksi dari kenyataan.
Karena itu analisis teknikal yang baik harus dilakukan untuk
membuktikan bahwa secara teknikal proyek layak dikerjakan dan hal tersebut
selanjutnya dapat mendukung kelayakan proyek secara ekonomi.
DAFTAR
PUSTAKA
· Zaki
Baridwan,2000, Intermediate Accounting, Edisi kesembilan, BFEE, Yogyakarta
·
Safyan
Syafri Harahap,2002 Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan,
·
PT.
Grafindo Persada, Jakarta 2002
·
Indriyono
Gitosudarmo dan Basri,2002 Manajemen Keuangan,cetakan
·
pertama,
edisi keempat, BFEE Yogyakarta
·
S.
Munawir, 2004, Analisa laporan Keuangan,Penerbit Liberty, Edisi, ketujuh,
Yogyakarta 2004
Komentar
Posting Komentar